Infeksi HIV pada Kehamilan
Minggu, 10 Oktober 2010
Edit
Remaja yang menderita AIDS dapat pulih kembali keadaan fisiknya dan dapat kembali sekolah atau bekerja. Sebagian mereka merencanakan untuk menikah dan mempunyai anak. Di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta sekitar 78% pasien laki-laki yang terinfeksi HIV berasal dari kelompok narkoba suntikan namun sebaliknya pasien perempuan yang terinfeksi HIV 72% tertular dari pasangan seksualnya, pada umumnya tertular dari suami mereka.
Permasalahan kesehatan reproduksi yang timbul jika perempuan hamil terinfeksi HIV antara lain adalah pengaruh infeksi HIV terhadap kehamilan dan pengaruh kehamilan terhadap perjalanan infeksi HIV. Di samping itu keadaan khusus ibu hamil tidak boleh diabaikan seperti pengguna narkoba, terinfeksi penyakit menular seksual, anemia, hipertensi, diabetes mellitus dan lain-lain.
Niat untuk hamildan mempunyai anak perlu didengarkan dan dicarikan jalan keluarnya agar pasangan yang HIV hegatif tidak tertular HIV begitu juga anak yang dikandung. Salah satu cara untuk mengurangi risiko penularan pada pasangan suami HIV positif dan istri HIV negative adalah dengan pencucian sperma dan inseminasi.
Perempuan HIV positif yang hamil akan menghadapi risiko keadaan yang tidak diinginkan seperti abortus spontan, kematian janin dalam kandungan, pertumbuhan janin yang terhambat, berat badan bayi rendah, bayi premaur dan korioamneitis. Selain itu berbagai infeksi menular seksual seperti kandidiasis vulvovaginal, vaginosis bacterial, herpes genital, gonorea, sifilis dapat menyertai kehamilan pada perempuan HIV positif.
Pelayanan kesehatan reproduksi esensial yang memadukan layanan ibu dan anak, keluarga berencana, reproduksi remaja, infeksi menular seksual termasuk HIV serta kekerasan dalam rumah tangga diharapkan membantu menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh perempuan hamil HIV positif.
Upaya pencegahan penularan HIV dari ibu hamil ke bayi terdiri atas pemberian obat antiretroviral pencegahan pada masa kehamilan, tindakan operasi pada persalinan serta pemberian susu formula sebagai pengganti air susu ibu. Risiko penularan pada masa kehamilan sekitar 7%, pada proses kelahiran 15% serta penularan melalui air susu ibu sekitar 13%. Melalui upaya pencegahan yang lengkap risiko ini dapat diturunkan hingga menjadi hanya 2%.