Bakteri Super Juga Mengancam Tanah Air
Sabtu, 28 Agustus 2010
Edit
JAKARTA, KOMPAS.com - Fenomena bakteri super atau bakteri yang resisten terhadap obat bukan hanya terjadi di luar negeri. Di Indonesia, kuman yang dikategorikan multiresisten ini sudah banyak ditemukan, terutama di rumah-rumah sakit.
Pakar Mikrobiologi dari Departemen Mikrobiologi Universitas Indonesia (UI) Prof. Usman Chatib Warsa, Sp.MK, Ph.D, menyatakan 'superbug' seperti bakteri mengandung gen NDM-1 (New Delhi metallo-beta-lactamase-1) juga banyak ditemukan di Indonesia. Bahkan, jumlah bakteri multiresisten ini lebih dari satu jenis dan menjadi ancaman bagi masyarakat.
"Kuman seperti ini sudah berada di rumah sakit kita. Datanya tidak terlalu berbeda dengan luar negeri. Di Indonesia bakteri yang multiresisten ini berasal dari kelompok gram positif seperti Staphylococcus dan gram negatif seperti E.Coli dan Klebsiella. Kurang lebih ada sekitar lima spesies kuman," ungkap Usman yang dihubungi Kompas.com, Kamis (12/8/2010).
Usman menjelaskan, bakteri super di Indonesia memiliki beberapa gen yang berbeda. Jenis gen penyebab resistensi ini di antaranya adalah gen MEC-A yang dimiliki Staphylococcus atau gen betalactamase seperti halnya NDM-1. Gen-gen ini dapat disebarkan oleh kuman dalam tubuh dengan banyak cara, sehingga mereka menjadi kebal terhadap obat.
Munculnya kuman-kuman multiresisten perlu disikapi serius karena akan menimbulkan beban berat bagi masyarakat. "Di masa depan, pengobatan akan lebih berat lagi. Inilah yang kita takutkan, karena tentu para pasien akan membutuhkan obat-obat baru yang lebih mahal," ujarnya.
Usman menambahkan, infeksi akibat 'superbug' di Indonesia menimbulkan tingkat kematian cukup tinggi, terutama bagi pasien di rumah sakit. "Kematian akibat infeksi kuman mulitiresisten ditemukan cukup tinggi di tempat-tempat yang spesifik seperti ICU rumah sakit," imbuh Usman.
Bakteri super memang manjadi ancaman bagi mereka yang daya tubuhnya lemah seperti pasien pascaoperasi. Penyebaran superbug sangat mudah terjadi melalui banyak cara. "Seperti saat kondisi pasien lemah, karena ada luka terbuka, atau pun tindakan medis lain seperti infus atau tindakan dokter lainnya yang tidak steril," ujar Usman.
Pakar Mikrobiologi dari Departemen Mikrobiologi Universitas Indonesia (UI) Prof. Usman Chatib Warsa, Sp.MK, Ph.D, menyatakan 'superbug' seperti bakteri mengandung gen NDM-1 (New Delhi metallo-beta-lactamase-1) juga banyak ditemukan di Indonesia. Bahkan, jumlah bakteri multiresisten ini lebih dari satu jenis dan menjadi ancaman bagi masyarakat.
"Kuman seperti ini sudah berada di rumah sakit kita. Datanya tidak terlalu berbeda dengan luar negeri. Di Indonesia bakteri yang multiresisten ini berasal dari kelompok gram positif seperti Staphylococcus dan gram negatif seperti E.Coli dan Klebsiella. Kurang lebih ada sekitar lima spesies kuman," ungkap Usman yang dihubungi Kompas.com, Kamis (12/8/2010).
Usman menjelaskan, bakteri super di Indonesia memiliki beberapa gen yang berbeda. Jenis gen penyebab resistensi ini di antaranya adalah gen MEC-A yang dimiliki Staphylococcus atau gen betalactamase seperti halnya NDM-1. Gen-gen ini dapat disebarkan oleh kuman dalam tubuh dengan banyak cara, sehingga mereka menjadi kebal terhadap obat.
Munculnya kuman-kuman multiresisten perlu disikapi serius karena akan menimbulkan beban berat bagi masyarakat. "Di masa depan, pengobatan akan lebih berat lagi. Inilah yang kita takutkan, karena tentu para pasien akan membutuhkan obat-obat baru yang lebih mahal," ujarnya.
Usman menambahkan, infeksi akibat 'superbug' di Indonesia menimbulkan tingkat kematian cukup tinggi, terutama bagi pasien di rumah sakit. "Kematian akibat infeksi kuman mulitiresisten ditemukan cukup tinggi di tempat-tempat yang spesifik seperti ICU rumah sakit," imbuh Usman.
Bakteri super memang manjadi ancaman bagi mereka yang daya tubuhnya lemah seperti pasien pascaoperasi. Penyebaran superbug sangat mudah terjadi melalui banyak cara. "Seperti saat kondisi pasien lemah, karena ada luka terbuka, atau pun tindakan medis lain seperti infus atau tindakan dokter lainnya yang tidak steril," ujar Usman.
sumber : kompas.com