KEMENTERIAN KESEHATAN PANTAU PERKEMBANGAN PENYAKIT ESCHERICHIA COLI
Minggu, 12 Juni 2011
Edit
Kementerian Kesehatan RI terus memantau perkembangan penyakit akibat bakteri Escherichia coli (E. coli) yang saat ini melanda beberapa negara di Eropa. Kementerian Kesehatan telah menyampaikan surat edaran kewaspadaan kepada seluruh jajaran kesehatan di tanah air. Hal itu disampaikan Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama, Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan sehubungan kejadian luar biasa (KLB) penyakit akibat bakteri E. Coli yang melanda beberapa negara Eropa dan Amerika Serikat.
Menurut Dirjen P2PL, peningkatan kasus mulai terjadi di Jerman pada pertengahan Mei 2011. Sampai 2 Juni 2011, Jerman menemukan 520 kasus haemolytic uraemic syndrome (HUS) dengan 11 kematian. Selain itu terdapat 1.213 kasus "enterohaemorrhagic Escherichia coli" (EHEC), 6 diantaranya meninggal. Artinya, di Jerman terdapat 1.733 kasus dan 17 kematian .
Selain Jerman, ujar Prof. Tjandra, ada 11 negara lain yang menemukan kasus ini yaitu Austria, HUS 0, EHEC 2 kasus, Czech Republic (0, 1), Denmark (7, 10), France (0, 6), Netherlands (4, 4), Norway (0, 1), Spain (1, 0), Sweden (15, 28), Switzerland (0, 2), United Kingdom (3, 4) dan Amerika Serikat (2, 0).
“Bakteri E.coli dapat ditemukan pada usus manusia dan binatang berdarah panas, sebagian besar strainnya tidaklah berbahaya, tetapi strain tertentu "enterohaemorrhagic E. coli (EHEC)" akan dapat menimbulkan penyakit berbahaya dan mematikan, seperti yang terjadi di Eropa sekarang ini”, ujar Prof. Tjandra.
Gejala penyakit ini berupa sakit perut seperti kram dan diare yang pada sebagian kasus bahkan dapat mengeluarkan diare berdarah (haemorrhagic colitis). Juga dapat timbul demam dan muntah. Masa inkubasi berkisar antara tiga sampai delapan hari, rata-rata empat hari. Sebagian besar pasien dapat sembuh dalam 10 hari, tapi pada keadaan khusus yang kini juga terjadi pada sebagian kasus di Eropa, penyakit dapat berlanjut menjadi gawat dan berat, yang disebut dengan haemolytic uraemic syndrome (HUS).
HUS ditandai dengan kegalalan ginjal akut, anemia dan kekurangan trombosit ( acute renal failure, haemolytic anaemia and thrombocytopenia ) dan juga gangguan neurologis sampai stroke dan koma. Diperkirakan sampai sekitar 10 persen pasien yang terinfeksi EHEC akan berlanjut menjadi HUS yang angka kematiannya berkisar antara 3 - 5 persen.
Untuk mencegah EHEC dan HUS yaitu dengan berperilaku hidup bersih dan sehat antara lain mencuci tangan pakai sabun setelah buang air besar (BAB) dan sebelum makan. “Seseorang yang diare disertai pendarahan dan jika menderita sakit setelah bepergian dari Jerman dan kontak dengan penderita segera konsultasi kepada dokter atau petugas kesehatan. Sedangkan WHO, menganjurkan lima kunci untuk keamanan pangan yaitu jaga kebersihan, pisahkan bahan mentah dengan makanan matang, masak makanan sampai matang, jaga makanan pada suhu aman dan gunakan air bersih untuk mencuci bahan pangan.
Sumber : www.depkes.go.id
Menurut Dirjen P2PL, peningkatan kasus mulai terjadi di Jerman pada pertengahan Mei 2011. Sampai 2 Juni 2011, Jerman menemukan 520 kasus haemolytic uraemic syndrome (HUS) dengan 11 kematian. Selain itu terdapat 1.213 kasus "enterohaemorrhagic Escherichia coli" (EHEC), 6 diantaranya meninggal. Artinya, di Jerman terdapat 1.733 kasus dan 17 kematian .
Selain Jerman, ujar Prof. Tjandra, ada 11 negara lain yang menemukan kasus ini yaitu Austria, HUS 0, EHEC 2 kasus, Czech Republic (0, 1), Denmark (7, 10), France (0, 6), Netherlands (4, 4), Norway (0, 1), Spain (1, 0), Sweden (15, 28), Switzerland (0, 2), United Kingdom (3, 4) dan Amerika Serikat (2, 0).
“Bakteri E.coli dapat ditemukan pada usus manusia dan binatang berdarah panas, sebagian besar strainnya tidaklah berbahaya, tetapi strain tertentu "enterohaemorrhagic E. coli (EHEC)" akan dapat menimbulkan penyakit berbahaya dan mematikan, seperti yang terjadi di Eropa sekarang ini”, ujar Prof. Tjandra.
Gejala penyakit ini berupa sakit perut seperti kram dan diare yang pada sebagian kasus bahkan dapat mengeluarkan diare berdarah (haemorrhagic colitis). Juga dapat timbul demam dan muntah. Masa inkubasi berkisar antara tiga sampai delapan hari, rata-rata empat hari. Sebagian besar pasien dapat sembuh dalam 10 hari, tapi pada keadaan khusus yang kini juga terjadi pada sebagian kasus di Eropa, penyakit dapat berlanjut menjadi gawat dan berat, yang disebut dengan haemolytic uraemic syndrome (HUS).
HUS ditandai dengan kegalalan ginjal akut, anemia dan kekurangan trombosit ( acute renal failure, haemolytic anaemia and thrombocytopenia ) dan juga gangguan neurologis sampai stroke dan koma. Diperkirakan sampai sekitar 10 persen pasien yang terinfeksi EHEC akan berlanjut menjadi HUS yang angka kematiannya berkisar antara 3 - 5 persen.
Untuk mencegah EHEC dan HUS yaitu dengan berperilaku hidup bersih dan sehat antara lain mencuci tangan pakai sabun setelah buang air besar (BAB) dan sebelum makan. “Seseorang yang diare disertai pendarahan dan jika menderita sakit setelah bepergian dari Jerman dan kontak dengan penderita segera konsultasi kepada dokter atau petugas kesehatan. Sedangkan WHO, menganjurkan lima kunci untuk keamanan pangan yaitu jaga kebersihan, pisahkan bahan mentah dengan makanan matang, masak makanan sampai matang, jaga makanan pada suhu aman dan gunakan air bersih untuk mencuci bahan pangan.
Sumber : www.depkes.go.id