Pakaian kegiatan Sumpah Profesi & Seminar : Batik HAKLI atau batik berwarna hijau kuning

PENGAMATAN DAMPAK ABU VULKANIK GUNUNG MERAPI DI PROVINSI JAWA BARAT

class='kol_img_news'

Gunung merapi meletus pertama kali pada tanggal 26 Oktober 2010 setelah sebelumnya ditetapkan berstatus awas oleh PVMBG (Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi). Gunung Merapi terus menunjukan aktifitas yang tinggi hingga pada hari Jum’at tanggal 5 Nopember 2010 (dini hari) dampak abu vulkanik mulai dirasakan oleh masyarakat di Wilayah Jawa Barat terutama yang dekat dengan Provinsi Jawa Tengah seperti Kota Banjar, Kabupaten Ciamis Kab. Tasikmalaya, Kota Tasikmalaya, Kab. Garut dan Kota Bandung. Pada tanggal 5 Nopember 2010 Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat meminta bantuan kepada Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kementrian Kesehatan R.I. untuk melakukan pengukuran kualitas udara. Permintaan tersebut segera direspon oleh Bapak Dirjen P2PL dengan mengirim Tim Investigasi dari Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pemberantasan Penyakit Menular Jakarta (BBTKL&P2M) dan pada tanggal 6 s.d. 7 November 2010 Tim melakukan pengamatan dan pengukuran udara ambien di Lokasi sebagai berikut :

Lokasi 1
Puskesmas Pangandaran, Jl. Prapat No. 11, Desa Pangandaran Kecamatan Pangandaran. Kab. Ciamis, tanggal 6 November 2010, pukul 22.15 s.d. 23.15 WIB Kordinat :
07041.315 LS dan108039.665 BT

Lokasi 2
Puskesmas Purwaharja II, Jl. Siliwangi No. 140, Desa Purwarja Kec. Purwaharja, Kota Banjar, tanggal 7 November 2010, pukul 03.10 s.d. 04.10 WIB, Kordinat :
07021.511 LS dan 108034.181 BT

Lokasi 3
Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya Jl. H. Junada No. 146, tanggal 7 November 2010, pukul 06.15 s.d. 07.15 WIB, Kordinat :
07018.511LS dan 108012.158 BT

Hasil Investigasi (Pengamatan dan Pengukuran Debu Vulkanik)
Hasil pengamatan tanggal 6 – 7 November 2010 di wilayah Tasikmalaya, Kota Tasikmalaya, Kab. Ciamis dan Kota Banjar secara fisik tanda adanya debu di udara sudah tidak tampak. Sisa debu vulkanik terlihat pada tanaman, atap dan lantai bangunan, tembok serta kendaraan yang parkir. Berkurangnya debu vulkanik di udara karena adanya hujan yang cukup merata hampir di seluruh lokasi.
Hasil wawancara dengan petugas puskesmas, bidan desa dan masyarakat yang tinggal di sekitar puskesmas diperoleh informasi bahwa abu vulkanik turun sejak tanggal 5 November 2010 dan sudah mulai berkurang pada hari Sabtu Pagi tanggal 6 November 2010. pada sore hari tanggal 6 November 2010 ketika Tim Investigasi ke lapangan secara fisik abu vulkanik sudah tidak terlihat di udara.
Hasil Pengukuran Laboratorium BBKTL dan P2M Kementrian Kesehatan :

Parameter                         Satuan         Baku Mutu          Lokasi 1       Lokasi2     Lokasi 3
Karbon monoksida (CO)     mg/M3          30.000               <114,5        <114,5      <114,5                              
Sulfur Dioksida (SO2)         mg/M3           900                    3,16            4,76         8,54
Nitrogen Dioksida (NO2)      mg/M3          400                     22,15          16,96       32,64
Amoniak (NH3)                   mg/M3           -                        23,88          28,63       24,89
Hidrogen Sulfida                 mg/M3           -                       2,98             3,86         4,76
Oksidan                             mg/M3          235                    1,97             1,31        1,87
TSP (Debu TotaL)               mg/M3           230                    102,68         98,87      111,69
Particulate Matter 2,5          mg/M3            65                    50,09            45,79      47,91
Suhu Udara                         0C                 -                      26,8             25,9        27,6
Kelembaban                        %RH              -                      89,2             89,6        78,4
 Keterangan
  • Baku mutu Udara Ambien yang digunakan Peraturan Pemerintah RI No. 41 tentang Pengendalian Pencemaran Udara untuk parameter No. 1 s.d. 3 dan 6 s.d. 8
  • Baku Mutu yang digunakan untuk parameter No. 4 dan 5 adalah SK Gubernur Jabar No. 660.31/SK/694/BKPMD/1982 sebesar NH3 = 160 mg/M3 dan H2S = 24 mg/M3
 Kesimpulan
  • Berdasarkan hasil laboratorium kualitas udara ambien (khususnya debu dan PM 2,5) masih di bawah baku mutu untuk lokasi Puskesmas Pangandaran, Puskesmas Purwaharja II, dan Dinas Kesehatan Kota Tsikmalaya, namun masih perlu diwaspadai kemungkinan peningkatan konsentrasi debu dan parameter udara ambien lainnya karena aktifitas Gunung Merapi masih berlangsung
  • Masyarakat tidak perlu terlalu khawatir karena berdasarkan pengukuran debu vulkanik Gunung Merapi di wilayah Jawa Barat masih di bawah baku mutu dengan demikian tidak akan berdampak negatif terhadap kesehatan. Namun demikian bila terjadi peningkatan penderita ISPA atau penyakit kulit dan penyakit lainnya yang diduga ada hubungannya dengan debu vulkanik, masyarakat dapat segera pergi ke tempat pelayanan kesehatan terdekat

Sumber Hasil Investigasi : Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat dan Balai besar Teknik Kesehatan Lingkungan Jakarta

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel