Pakaian kegiatan Sumpah Profesi & Seminar : Batik HAKLI atau batik berwarna hijau kuning

PERILAKU CUCI TANGAN PAKAI SABUN (CTPS) DAPAT MENURUNKAN INSIDEN DIARE

Penyakit diare masih merupakan masalah global dan banyak berjangkit di negara-negara berkembang dengan kondisi sanitasi lingkungan yang buruk, tidak cukup pasokan air bersih, kemiskinan, dan pendidikan yang rendah. Insiden diare bervariasi di setiap daerah di setiap wilayah, musim, dan masa-masa endemik seperti kejadian luar biasa kolera. Umumnya insiden tertinggi terjadi pada dua tahun pertama usia anak yang menurun dengan meningkatnya usia.


Demikian sambutan Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama, Sp.P (K), MARS, DTM&H yang dibacakan Direktur Pengendalian Penyakit Menular langsung (P2ML) Dr. HM. Subuh, MPPM pada Seminar memperingati Hari Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) Sedunia ke 3 Tahun 2010, 7 Oktober 2010, di Jakarta. Turut hadir dalam seminar sebagai narasumber Kepala Pusat Promosi Kesehatan dr. Lily S. Sulistyowat, MM, Kepala Perwakilan WHO untuk Indonesia Dr. Khanchit Limpakarnjanarat, Direktur Penyehatan Lingkungan drh. Wilfried Hasiholan Purba, MM, M.Kes,  pakar psikologi anak Dr. Seto Mulyadi dan sebagai moderator public figure dan pemerhati perkembangan anak dr. Lula Kamal. Peserta seminar adalah kepala sekolah dan guru-guru Sekolah Dasar yang berjumlah sekitar 100 orang.

Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar tahun 2007 (Riskesdas, 2007), menemukan 34% kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) dan 16% kejadian diare pada anak umur 1–4 tahun. Walaupun perilaku CTPS sudah dipahami masyarakat secara luas, namun praktiknya masih belum banyak diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini menunjukkan perlunya perhatian khusus secara berkesinambungan terhadap upaya pencegahan penyebaran penyakit tersebut terutama anak-anak. Kajian ilmiah yang dilakukan oleh Curtis and Cairncross (2003) menyarankan bahwa perilaku cuci tangan pakai sabun (CTPS) khususnya setelah kontak dengan feses (setelah ke jamban dan membantu anak ke jamban), dapat menurunkan insiden diare hingga 42 – 47%.

Selain menurunkan insiden diare, kata Dirjen P2PL, perilaku CTPS juga dapat menurunkan transmisi ISPA hingga lebih dari 30%, bahkan pada kondisi lingkungan dengan kontaminasi feses yang sangat tinggi serta sanitasi yang buruk (penelitian rabie dan Curtis 2005). Bahkan UNICEF menemukan perilaku CTPS dapat juga menurunkan 50% insiden Avian Influenza.

Menurut Prof. Tjandra, semakin banyak anak yang melakukan CTPS, akan memberikan kontribusi signifikan terhadap pencapaian Tujuan Pembangunan Millenium  (MDGs) untuk menurunkan 2/3 kasus kematian anak pada tahun 2015 yang akan datang. Secara sinergis,perilaku ini juga diharapkan membantu mencegah penyebaran virus H1N1 di Indonesia.
Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada tahun 2008 menyerukan perlunya peningkatan praktik higiene sanitasi di seluruh dunia. Untuk itu sejak tahun 2008, “Hari Cuci Tangan Pakai Sabun Sedunia” (HCTPS) ditetapkan pelaksanaannya secara global pada tanggal 15 Oktober setiap tahun, tambah Prof. Tjandra.

Berkaitan dengan kegiatan CTPS, Kementerian Kesehatan telah menerbitkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan tentang Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) No. 852/Menkes/SK/IX/2008, yang menetapkan CTPS sebagai salah satu pilar strategi yang penting untuk dilaksanakan di Indonesia. Dengan demikian pelaksanaan kegiatan CTPS di Indonesia dapat berkesinambungan.

Diakhir sambutan, Prof. Tjandra menyampaikan bahwa seminar ini diadakan bertujuan untuk:
a.    Meningkatkan dukungan Pemerintah, Pemerintah Daerah, Swasta dan Masyarakat terhadap program CTPS,
b.    Meningkatkan kemitraan,
c.    Meningkatkan kuantitas dan kualitas informasi tentang perilaku hidup sehat dengan CTPS di seluruh kalangan,
d.    Memicu dan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya CTPS,
e.    Menjadikan Anak sekolah (SD) sebagai Agent of Change

Berita ini disiarkan oleh Pusat Komunikasi Publik, Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi melalui nomor telepon: 021-52907416-9, faks: 52921669, Pusat Tanggap dan Respon Cepat (PTRC): 021-500567, 30413700, atau alamat e-mail puskom.publik@yahoo.co.idThis e-mail address is being protected from spambots. You need JavaScript enabled to view it , info@depkes.go.idThis e-mail address is being protected from spambots. You need JavaScript enabled to view it , kontak@depkes.go.idThis e-mail address is being protected from spambots. You need JavaScript enabled to view it .

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel